Sabtu, 29 Agustus 2009

Welcome Cinta!

'Cinta'... Seringkali ketika kata ini disebut, jiwa manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan deg-deg-an... seakan tersiram oleh keindahan cinta yang berbaur dengan keharuman minyak Yasmine. Orang yang dimabuk cinta seakan tak puas bila tak bermandikan air hujan kemesraan, disiram oleh tangan kasih sayang. Dan ia pun seakan terbang nun jauh diatas sana, menerobos awan yang tenang, melambai gemulai, indah dan bersiramkan wangian misik. Benar tidaknya... anda sendiri yang tahu...
Cinta memang sesuatu yang belum bisa aku mengerti, datang dengan tiba-tiba tanpa bersuara dan perginya pun secepat kilat tanpa kita ketahui... lenyap tanpa bekas, bahkan seringkali terganti dengan lawan dari cinta itu sendiri... yaitu benci.
Tapi muncul satu kekhawatiran yang sering dialami adalah jangan2 cinta itu hanyalah sekedar kedok dari "sesuatu" yang lain, sesuatu yang lebih laten dibandingkan dengan cinta itu sendiri.
Kalau sekedar untuk berdeklamasi, aku tentu akan menjawab dengan lantang, bahwa cintaku untuk Allah, untuk Rasulullah, para sahabat, orang tua, teman, dan seterusnya...dan seterusnya...misalnya... tidak mustahil bahwa semua ucapan, atau tingkah laku itu hanyalah kepalsuan belaka... ??!
Tetapi itu hanyalah sekedar slogan saja, yang untuk bisa membuktikannya perlu diuji lagi. Ibaratkan sebuah pedang... ia tidak langsung menjadi sebuah pedang yang tajam tanpa sebelumnya melalui sebuah proses yang tidak ringan. Sebuah proses dari sepotong besi biasa yang kemudian menjadi sebuah pedang yang bagus.
Tidak jarang untuk bisa merasakan cinta pada yang lain maka penyandaran dan berkedok dengan cinta pada Allah sering terlazimi. Tidak jarang dibalik kedok itu adalah karena lebih mencintai diri sendiri... mencintai ego yang ada.
Karena ego ini masih lebih mengutamakan nikmatnya materi, nikmatnya pujian, nikmatnya penghargaan, nikmatnya kehormatan, nikmatnya harga diri, nikmatnya pahala, nikmatnya berkelompok apalagi yang merasa paling benar, bahkan terobsesi dengan nikmatnya surga yang dijanjikan... dan disamping ego tersebut masih belum bisa menerima kepahitan-kepahitan. Baik itu jasmani maupun rohani. Aku masih melayang diantara hitam-putih, panas-dingin, baik-buruk, benar-salah, senang-susah, pujian-makian. Sesuatu yang sangat relatif tetapi punya tendensi ke arah tertentu.
Sampai suatu saat aku men-scan kembali perasaan aku mengenai cinta... ketika secara nggak sengaja aku dengar pembicaraan orang yang kira-kira begini: "Cinta akan lebih bisa terpahami jika tidak bersandar dengan "karena" tapi bersandar dengan "walaupun".
Anda nggak faham yach...? samma Aku jg…ha ha
Mau pake rumus... Tar dlu masih tahap pencarian..

2 komentar: